Powered By Blogger

My Picture

My Picture

Followers

About Me

Foto saya
Penulis adalah seorang mahasiswa di Universitas Esa Unggul Jakarta. Isi dari blog ini hanyalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Aplikasi Komputer
RSS

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

BELLS PALSY

Kondisi bell’s palsy dapat diartikan sebagai “lesi (kelemahan) saraf perifer akut dari nervus fasialis yang sering kali disebabkan oleh adanya penekanan yang diakibatkan dari peradangan saraf di dalam kanalis fasialis”.
Kelumpuhan saraf fasialis lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan saraf kranialis lainnya. Kelumpuhan ini dapat terjadi pada pria maupun wanita dan dengan tingkat kesembuhan adalah sama. Lesi pada nervus fasialis atau salah satu cabangnya, dapat menyebabkan kelumpuhan beberapa atau semua otot wajah di sisi yang sama. Sebab paralisis fasialis yang lebih umum adalah peradangan nervus fasialis di dekat foramen stilomastoideus. Hal ini menyebabkan oedema, pembengkakan dan penekanan nervus fasialis, sehingga dapat menimbulkan kelainan bentuk wajah yang menyebabkan penderita sangat terganggu terutama pada saat mengekspresikan wajahnya. Adapun gangguan lainnya pada kondisi bell’s palsy berkurangnya daya pengecapan dari 2/3 depan lidah serta sekresi air liur di rongga mulut yang disebabkan oleh perubahan mulut yang terjadi karena tidak diimbanginya kontraksi otot-otot wajah kontralateral.
Untuk mengetahui lebih lanjut lagi mengenai kondisi bell’s palsy, maka berikut ini akan disampaikan mengenai anatomi otot wajah, tanda gejala, patologi, gangguan fungsi nervus fasialis, dan pemeriksaan fungsi motorik dan pemeriksaan kekuatan otot wajah.

Anatomi wajah

1. Otot-otot wajah
Otot-otot wajah berperan sebagai otot ekspresi adalah sekelompok berkas halus yang terletak diantara kulit dari kepala dan leher. Beberapa berkas melekat pada tulang wajah sedangkan tulang yang lain tidak melekat pada tulang wajah, tetapi pada otot wajah lainnya. Semua otot tersebut berinsertio pada lapisan kulit. Otot ini terletak di sekitar mata, hidung dan mulut serta telinga. Adapun otot – otot tersebut yang adalah :
1. M. Occipitofrontalis (frontal belly)
Otot ini bekerja pada saat mengangkat alis.
2. M. Corrugator supercili
Otot ini bekerja menarik alis mata ke bawah dan medialis serta menghasilkan lekukan vertikalis, otot ini melindungi mata dari sinar terang. Apabila otot ini berkontraksi akan menghasilkan aksi pemikir.
3. M. Orbikularis oculi
Otot ini berfungsi untuk menutup mata.
4. M. Proserius
Otot ini dapat menghasilkan fungsi wajah mengancam. Pada orang usia lanjut lipatan-lipatan seperti ini adalah normal dan tetap bertahan
5. M. Levator labii superioris
Otot ini mengangkat bibir atas ke atas, secara serempak kontraksi bilateral sedikit mengangkat puncak hidung.
Otot memperbesar lubang hidung. Kontraksi lebih kuat lagi akan menghasilkan lipatan kulit, otot ini akan menghasilkan ekspresi wajah tidak senang dan tidak puas.
6. M. levator anguli oris
Otot ini bekerja mengangkat sudut mulut dan menghasilkan suatu ekspresi wajah percaya diri.
7. M. Zygomatikus major
Otot ini menghasilkan ekspresi wajah tersenyum atau senang.
8. M. orbikularis oris
Kontraksi ini akan membuka mulut dan rileksasinya adalah menutup mulut, di mana akan lebih terlihat apabila sedang makan dan minum.
9. M. Buccinator
Fungsi dari otot ini adalah mengunayah serta meniup udara keluar mulut, seperti meniup terompet. Otot – otot ini terlibat pada saat tertawa dan menangis, kontraksi otot menghasilkan ekspresi wajah kepuasan.
10. M. Depressor anguli oris
Otot ini menarik ke dua sudut bibir ke bawah untuk menghasilkan ekspresi wajah kesedihan.
11. M. Mentalis
Otot ini menghasilkan celah bibir dagu serta memoncongkan mulut yang tertutup rapat ke depan dan berperan dalam ekspres wajah kekerasan hati.


“Lesi saraf perifer ini dapat disebabkan oleh infeksi telinga tengah, tumor fractura, meningitis, hemorrhage dan kedinginan pada muka” oleh karena pada kebanyakan penderita dapat diperoleh data bahwa paresis fasialis timbul setelah duduk di mobil dengan jendela terbuka, tidur di lantai atau setelah bergadang.
Rangsangan dari udara dingin ini yang diterima dari foramen stylomastoideus dapat menyebabkan terjadinya permeabilitas yang meningkat karena rangsangan cukup besar. Permeabilitas yang tinggi akan menyebabkan oedema, sehingga akhirnya terjadi iritasi nervus fasialis dan lenyap/hilangnya konduktivitas dalam saraf akibat kompresi limphe, vena, arteri, pada nervus fasialis tersebut, yang pada akhirnya terjadi kelemahan pada otot-otot wajah.
Terganggunya transmisi saraf normal dengan adanya tekanan yang berat dalam waktu singkat, moderat atau tekanan yang rendah secara terus menerus dalam waktu yang lama. Iritasi menyebabkan gejala yang sering berlangsung lama, hal ini menyebabkan terjadinya respon inflamasi pada saraf. Adapun jenis cidera ini dapat ditemukan:

a.Jenis cidera saraf perifer
Tanda dan gejala bergantung dari jenis cidera saraf perifer, yaitu:
1) Neuropraksi
Pada umumnya neuropraksia disebabkan oleh adanya penekanan pada myeline sheet yang relative ringan dan singkat dimana akan terjadi kompresi akut di sekitar saraf. Kondisi neuropraksia ini akan mengalami demyelinasi pada saraf itu sendiri tanpa adanya degenerasi pada saraf. Hal tersebut masih memungkinkan terjadinya konduksi pada saraf. Adapun gangguannnya dapat berupa gangguan motorik seperti penurunan otot-otot wajah sampai menimbulkan kelainan bentuk wajah (asimetri) dimana penderita sangat terganggu pada saat mengekspresikan wajahnya. Pada kondisi ini biasanya bagian sensorik kurang terkena sehingga dapat terlihat prognosis yang baik dalam 3 minggu pertama.


2) Aksonotmesis
Adapun pada axonotmesis didapatkan gangguan axon, tetapi selubung myelin masih utuh. Tanda gejala penekanan saraf tepi pada kondisi ini disertai dengan gangguan motorik. Dimana gangguan ini sama halnya dengan jenis cidera neuropraksia. Akan tetapi, pada kondisi ini ditemukan adanya gangguan sensorik seperti adanya nyeri di belakang telinga, hilangnya sensasi wajah, sensasi pengecapan pada 2/3 anterior lidah, dengan prognosis baik dalam 3 bulan


3) Neurotmesis
Terjadinya neurotmesis diikuti oleh hilangnya seluruh kontinuitas axon dan jaringan penghubung, sehingga terjadi gangguan yang lebih berat pada saraf tersebut. Dimana kondisi ini sering menunjukkan gejala sisa yang moderat sampai berat, yang disebakan oleh proses regenerasi yang salah. Yang disertai dengan prognosis buruk atau kesembuhannya jelek dalam 3 bulan selanjutnya.


Pada kondisi bell’s palsy akan terlihat adanya oedema, dilatasi kapiler dan degenarasi selubung medullary serta aksis silinder pada nervus facialis. Hal ini memperlihatkan bahwa suplai dari dua arteri pada bagian vertical saraf facialis tidak akan memberikan percabangan terhadap jalan masuknya saraf secara tegak lurus. Begitu pula dengan vena dan setiap pembengkakan yang kecil akan dapat menekan vena serta menghambat saraf untuk mendapatkan suplai darah.
Perubahan awal yang menyertai serangan ini adalah pembengkakan pada bagian interstitial saraf. Sehingga menimbulkan hambatan konduksi karena menghilangnya myelin saraf pada area yang mengalami kerusakan. Yang pertama terkena adalah serabut saraf yang mempunyai daya hantar rangsang cepat. Beberapa serabut akan mengalami degenerasi, sedangkan mungkin yang lain tetap baik atau mengalami reversible. Dari patogenesis yang berlangsung seperti tersebut di atas, maka akan memberikan dampak terhadap saraf baik sensorik, motorik maupun otonom. Seperti dampaknya terhadap terjadinya kelemahan pada otot-otot wajah sebagai salah satu akibat langsung maupun tidak langsung.
Karena adanya hambatan konduksi saraf, maka area yang memperoleh innervasi akan mengalami perubahan misalnya pada otot antara lain: berkurangnya sarkomer-sarkomer di beberapa bagian dari ujung-ujung serabut otot. Ikatan antara actin dan filament-filamen myosin akan meningkatkan viskositas dan resisten untuk memanjang.
Akibat keadaan tersebut yang berlangsung secara terus-menerus maka terjadi penurunan kekuatan otot-otot wajah yang ditandai ketidak-mampuan untuk melakukan gerakan-gerakan pada wajah sehingga dapat terjadi kontraktur.

Gangguan gerak fungsi nervus fasialis
Gangguan utama nervus fasialis (beserta nervus intermedius) adalah pemberian inervasi kepada otot-otot wajah. Di dalam klinik, pemeriksaan fungsi nervus fasialis dipusatkan pada pemeriksaan fungsi otot-otot wajah dan rasa pengecap. Pemeriksaan fungsi pada otot-otot wajah dapat ditemukan kelemahan otot-otot wajah pada sisi yang sakit. Dimana kelemahan otot dapat diartikan sebagai ketidakmampuan melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, diantaranya:
1. Tidak dapat mengangkat alis
2. Dahi tidak dapat dikerutkan
3. Kelopak mata tidak dapat menutup rapat
4. Tidak dapat mengembungkan pipi
5. Tidak dapat bersiul
6. Sudut mulut tertarik ke sisi yang sehat
7. Bola mata bergerak ke atas bila memejamkan mata

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar